PRAKATA GEMBALA
Gembala Sidang
GKPY Cabang Tangerang
Ibu. Pdt. Louise Suzana Kusmana, S.PSi., M.Th.

Apa yang paling berharga dalam hidup ini? Apakah harta, status sosial, atau jabatan? Apakah ketiga hal ini memberikan jaminan kepastian hidup abadi? Ketiganya sama-sama tidak abadi. Menurut perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus, yang paling berharga adalah Kerajaan Sorga. Bagai harta karun yang terpendam, maka Kerajaan Sorga layak diperjuangkan. Bagaimana perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari? Tentu rela melakukan apa saja demi terwujudnya Kerajaan Sorga di dunia.

Kalau ada orang yang berani menjual segala sesuatu yang dimilikinya demi harta terpendam, itu berarti kita diajak untuk berani melepaskan kelekatan pada segala milik kita yang sifatnya duniawi. Milik berarti harta benda maupun status yang kita miliki. Kalau terikat pada harta benda, sulit bagi kita dapat berbagi melalui berkat harta benda itu. Kalau kita terikat oleh status, mustahil kita mampu merendahkan diri dan melayani orang lain. Tanpa kesadaran dan kemauan untuk berbagi serta merendahkan diri, maka Kerajaan Sorga tidak akan terwujud di bumi.

Mari kita bertekad untuk mewujudkan Kerajaan Sorga dengan cara melepaskan keterikatan pada harta dan status sosial kita! Maksudnya, harta dan status sosial tidak dipakai untuk keegoisan diri, sebaliknya digunakan untuk membangun karakter pribadi yang rendah hati dan mau berbagi dengan sesama. Dengan demikian, setiap orang akan berperan aktif dalam menghadirkan Kerajaan Sorga di dunia.

Bagaimana rasanya seorang ibu ditolak oleh anaknya? Tentu merasa sakit hati. Demikian pula ketika saudara tidak lagi dianggap saudara. Betapa kata-kata Yesus bisa diterima sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan. Namun, Yesus ingin membuka pemahaman baru mengenai keluarga dalam konteks kerohanian. Keluarga bukan sekadar hubungan darah. Keluarga adalah kumpulan orang-orang yang memiliki visi dan misi melakukan kehendak Bapa di surga.

Ketika orang melakukan kehendak Bapa, mereka tidak hanya mewujudkan hubungan mereka dengan Bapa. Mereka harus siap sedia menerima orang lain yang bervisi sama dengan anggota keluarganya. Hal ini dikatakan Yesus bukan untuk menolak relasi keluarga sedarah, tetapi meluaskan pengertian keluarga sejati dalam kekekalan. Dengan demikian, orang-orang yang tidak memiliki keluarga secara fisik dapat memiliki sebuah keluarga di dalam Kristus.

Salam Sejahtera

TOP